14 February 2016

Sejarah Tersembunyi Dibalik April Mop


GudangSeru - Saat ini mungkin masyarakat Indonesia sudah mulai merayakan kebudayaan barat, seperti valentine’s day hingga perayaan April fools day atau yang lebih akrab disebut dengan istilah April mop. April mop adalah perayaan yang dimana aksi penipuan diperbolehkan atau bisa juga dengan menyebarkan sebuah berita yang sebenarnya bohong kepada saudara, teman bahkan sahabat. Dan sudah menjadi sebuah keharusan, orang-orang yang menjadi korban dari penipuan ini tidak boleh marah dalam bentuk apapun kepada tersangka. Acara ini memang dilakukan hanya untuk kesenangan semata. Namun dibalik kesenangan perayaan ini, ternyata April Mop menyimpan sebuah cerita yang cukup mengenaskan.

Perayaan ini sangat berkaitan erat dengan cerita-cerita yang dianggap konyol hingga cerita kebohongan yang mungkin sempat menghebohkan banyak orang. Setiap 1 April perayaan ini diadakan. Ternyata April Mop ini sudah ada sejak dulu kala, kurang lebih belasan abad silam yang terus berkembang hingga ke berbagai penjuru dunia. Dan ini menyimpan sebuah kisah yang paling dikenang oleh warga Spanyol, karena pada 1 April 1487 telah terjadinya pembantaian yang sungguh mengerikan dan mengenaskan pastinya yang pernah ada dalam sejarah dunia.

Tragedi Hitam Spanyol

Menurut banyak sumber, ternyata budaya ini memiliki bermacam-macam versi, ada yang mengatakan bahwa budaya "kebohongan" ini memang sengaja dibuat untuk merayakan “the April foos day” tapi bisa juga itu adalah sebuah kenyataan. Cerita yang paling menggemparkan dibalik perayaan tersebut adalah peristiwa yang terjadi di Granada, Spanyol pada tahun 1487. Katanya, pada tanggal tersebut, di Granada telah terjadi pembantaian massal yang melibatkan para umat muslim yang dilakukan oleh para pasukan inkuisisi.

Tragedi tersebut berawal ketika Spanyol sudah mulai dikuasai oleh kerajaan inkuisisi, dan tentara pasukan inkuisisi ini sudah dikenal dengan kekejamannya. Seperti cerita yang beredar, katanya Granada ini adalah lokasi terakhir yang paling sulit untuk diambil alih oleh kerajaan inkuisisi, dan akhirnya mereka menyusun strategi perang yang dapat menaklukan Granada yang menurut cerita area tersebut di dominasi oleh umat muslim. Karena pasukan yang dikerahkan begitu banyak, hal ini membuat para warga Granada menyerahkan diri. Pada saat itu, warga Granada dijanjikan oleh pasukan inkuisisi akan ditempatkan di sebuah daerah yang sangat aman dan tersedia pula kapal besar. Para pasukan juga mengatakan bahwa keamanan mereka akan sangat terjamin bila mereka mau memberikan tanahnya pada kerajaan inkuisisi.

Karena diiming-imingi janji manis, akhirnya mereka mau menyerahkan tanah mereka dan ribuan warga mulai bersiap-siap untuk memindahkan barang-barang mereka dan berkumpul di satu pelabuhan bersama sanak saudara. Diceritakan juga, memang katanya para warga melihat kebenaran bahwa ada sebuah kapal besar yang berada di tepi laut lepas dan ada sejumlah kapal ukuran kecil yang siap membawa mereka ke kapal besar tersebut. Tapi, pasukan inkuisisi sepertinya sudah merencanakan niat buruk. Kapal yang ingin mereka naikki itu ternyata meledak dan ketika itu juga para warga mulai dibantas secara tidak manusiawi oleh para pasukan. Semua orang disana menjadi korbannya, tidak melihat siapakah dia, entah itu wanita ataupun bahkan anak kecil. Tidak ada perlawanan yang bisa mereka lakukan karena mengingat jumlah para tentara lebih banyak. Hasilnya, pantai yang tadinya indah itu seketika menjadi pantai yang berdarah.

Jika kita kembali lagi menelaah, bisa saja ini hanya sebuah mitos atau bahkan ini sebuah fakta yang sungguh kejam. Hendaknya kita sebagai manusia yang dapat berpikir tidak menerima begitu saja budaya yang tidak jelas asal usulnya. Bagaimana Sobat Hotmagz tanggapan Anda terhadap cerita ini? Apakah Anda berpikir bahwa ini adalah nyata ataukah hanya sebuah mitos belaka? Semua kembali kepada Anda masing-masing .

Kalunga, Mitos Dunia Orang Mati yang ada di Afrika


GudangSeru - Kalunga, Mitos Dunia Orang Mati yang ada di Afrika. Dalam cerita rakyat Angola, patah hati setelah kematian sang Raja, istrinya Muhungu, Kepala Kitamba memerintahkan umat-Nya untuk tidak berbicara atau makan sampai ia bisa dihidupkan kembali. Para kepala suku meminta seorang pria untuk mengambil obat untuk raja dari Kalunga (dunia orang mati). Dukun memerintahkan semua orang desa untuk mencuci diri dengan bumbu diinfus dan tak lama setelah itu, turun ke tanah orang mati dengan anaknya.

Setelah pulang, pria itu segera menemui sang ratu. Dia menunjukkan Kalunga-ngombe, penguasa dunia bawah, dan menjelaskan bahwa ia makan semua orang. Dia juga menunjuk sosok bayangan dalam rantai Jimat Kepala Kitamba, yang ditakdirkan untuk segera mati. Memberinya gelang penguburan sebagai bukti pertemuannya, ratu mengirim dukun kembali, mengatakan kepadanya bahwa kalau ada orang yang masuk Kalunga mereka tidak pernah bisa untuk meninggalkan dan bahwa ia tidak harus makan salah satu makanan atau berbicara tentang kematian yang akan datang Kitamba. Jika tidak, ia dan anaknya berdua akan dipaksa untuk tinggal di dunia bawah. Ketika ia kembali, ia disajikan kepala dengan sebuah gelang, dia menegaskan bahwa itu memang Muhungu.

Rakyat Angola punya mitos tentang kematian yang agak absurd, namun cerita berikut ini berkesimpulan bahwa orang yang sudah mati tak bisa bangkit kembali.Syahdan, Kepala suku Kitamba bersedih dengan kematian istrinya. Ia menitahkan rakyatnya untuk berpuasa makan dan bicara sampai istrinya bisa hidup lagi. Ia juga meminta dukun sakti untuk pergi ke dunia orang mati (disebut Kalunga) bertemu ratu penguasa mengambil obat untuk istrinya.Sang dukun dan anaknya turun ke Kalunga dan bertemu dengan sang ratu kematian. Sang dukun juga melihat roh kepala suku diikiat dengan rantai. Ini berarti tak lama lagi waktu kematian untuk kepala suku akan tiba.Ratu Kalunga menyuruh sang dukun dan anaknya kembali ke dunia atas dan menjaga rahasia tentang nasib kepala suku. Jika tidak, ia dan anaknya harus menetap di dunia orang mati. Karena, siapa pun yang masuk ke Kalunga tak akan pernah bisa kembali.

Misteri Manusia Awan Chachapoyas


GudangSeru - Peradaban masyarakat awan di kota kuno Chachapoyas berhasil ditemukan setelah hilang beratus-ratus tahun yang lalu. Julukan “Masyarakat awan” mungkin disebabkan karena terletak di pegunungan Andes yang selalu diselimuti awan. Kehidupan serta kebudayaan kota kuno yang ada sejak abad ke-9 ini, hingga saat ini masih menjadi misteri dan sulit untuk diungkapkan.

Kota Chachapoyas yang saat ini termasuk dalam wilayah Peru. Disana dapat ditemukan sisa-sisa peradaban kuno berupa deretan patung yang menghadap ke arah matahari terbit tetap berdiri kokoh sampai saat ini. Patung–patung tersebut menggambarkan tentang keperkasaan dari masyarakat Chachapoyas di masa lalu.

Situs Karija yang merupakan peninggalan peradaban dari manusia awan ini dibangun hampir 1 milenium. Sebenarnya patung itu merupakan kuburan, dimana setiap patung itu menjadi lambang tokoh yang dimakamkan disana. Karena didalam patung tersebut berisi mumi dan sangat sulit untuk dijangkau. Mungkin dapat dikatakan jika patung ini hampir sama dengan situs–situs makam di tanah Toraja, Sulawesi.

Uniknya patung–patung peninggalan manusia awan itu bisa berada disana padahal tidak ada akses jalan menuju tempat tersebut. Kota kuno yang hilang selama beberapa ratus tahun silam ditemukan kembali pada tahun 2008 di hutan rimba Amazon, yang sangat terisolir oleh pihak pencarian dan tim ekspedisi arkeologi. Memiliki jarak 500 kilometer tepat dari sebelah timur laut lima. Tim arkeologi berhasil menemukan benteng–benteng yang berasal dari batu dan bangunannya berada di tepi jurang. Selain itu ditemukan juga sisa–sisa tembok yang terlihat jelas adanya pahatan pada bebatuan tersebut.

Akan tetapi nasib manusia awan menjadi tidak menentu pada saat kekaisaran Inca semakin berkembang dan berhasil menaklukan mereka 500 tahun lalu. Walaupun bangsa chachapoyas sempat memberikan perlawanan keras, tetapi kekuatan inca tidak terlindungi. Hingga saat ini peradaban yang berada di puncak pegunungan ini masih menjadi misteri.

Misteri angka 7 pada mata dadu


GudangSeru - Misteri angka 7 pada mata dadu. Dadu tertua yang pernah ditemukan berusia 5000 tahun lalu, berada di Burnt City, sebuah situs arkeologi di timur selatan Iran. Permainan tradisional dadu terdiri dari dua kubus atau Hexahedrons (enam sisi) dimana angka 1 sampai 6 ditempatkan disekitar kubus. Tetapi, jika angka disisi belakangnya dijumlahkan selalu menghasilkan misteri angka 7. Diantaranya, kebalikan (sisi belakang) dari angka 1 adalah 6, kebalikan angka 2 adalah 5, kebalikan angka 3 adalah 4. Jadi, ketika dadu dilemparkan pasti akan menghasilkan angka 7.

Angka dadu dimulai dari 1 sampai 6, hal ini akan menunjukkan sepasang dadu disetiap sisi, satu ditujukan kepada pria dan satu untuk wanita. budaya melempar dadu bisa dilihat dari tradisi terdahulu yang melempar tulang untuk meminta petunjuk Tuhan. Banyak bukti kuno yang menyiratkan bahwa dadu dibuat dari tulang hewan, menunjukkan adanya signifikansi okultisme Esoteris dan mendalam.

Dadu memberi dasar numerik dalam alfabet dan menyampaikan pesan mistis mendalam dalam bahasa manusia. Melalui jenis kelamin yang diwakili setiap huruf alfabet, setidaknya memberi makna kepada pria dan wanita dimana misteri angka 7 mewakili cahaya langit yang keluar dari rasio Pi dan setiap manusia terdiri dari 206 tulang.


GudangSeru - Batu Kuno Berusia 4 Milyar Tahun ini mampu ungkap benua pertama di dunia. Batuan kuno yang ditemukan Jesse Reimink diduga berasal dari periode Protocontinent sekitar 4 miliar tahun lalu, sebuah kunci yang memberi petunjuk bagaimana benua pertama di Bumi terbentuk. Anlisis ini merupakan bagian dari penelitian PhD Jesse Reimink untuk memahami lingkungan benua pertama Bumi terbentuk. Studi baru yang ditulisnya terbit dalam jurnal Nature Geoscience edisi May 2014, yang menyatakan bahwa Islandia sebagai perbandingan solid untuk menganalisis pembentukan benua pertama terbentuk.

Ilmuwan geokimia asal University of Alberta menghabiskan waktu selama 3 tahun mengumpulkan dan mempelajari sampel batuan kuno yang diperoleh dari Acasta Gneiss, Northwest Territories. Reimink bekerja sama dengan Chacko, dimana mereka menggunakan fasilitas Ion Microprobe untuk menjalankan isotop Mikroanalisis. Laboratorium ini menghasilkan beberapa data terbaik didunia.

Menurut Reimink, periode dan cara pembentukan kerak benua dalam sejarah Bumi merupakan topik kontroversial dalam penegtahuan ilmu bumi awal. Pembentukan benua pertama ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik lain pada mantel Bumi dan menyebabkan magma naik ke permukaan, sebuah proses yang disebut subduksi. Tetapi periode terdahulu masih belum jelas, apakah lempeng tektonik sudah tercipta 2,5 miliar hingga 4 miliar tahun lalu.

Salah satu teori lain menyatakan, benua pertama kali terbentuk dilaut berupa magma cair yang naik dari mantel bumi sebelum terjadi pendinginan dan pemadatan hingga menjadi kerak. Kerak bumi Islandia terbentuk ketika magma mantel bumi naik ke tingkat dangkal dan bergabung dengan batuan vulkanik. Berdasarkan teori ini, Reimink mennyatakan bahwa Islandia dianggap analog teoritis pembentukan kerak benua pertama.

Sampel batuan kuno yang diperoleh dari Acasta Gneiss, Northwest Territories, diperkirakan berusia 3,6 hingga 4 miliar tahun.

Setidaknya, Reimink telah menghabiskan musim panas untuk mengumpulkan sampel batuan di Acasta Gneiss. Batuan kuno ditemukan pada pada tahun 1980, karena usia batuan sangat kuno tentunya telah mengalami beberapa peristiwa perubahan, sehingga sulit memahami geokimia batuan.

Beberapa batu dijuluki Idiwhaa yang berarti 'Kuno' (dialek Tlicho) terlihat awet, sehingga memberikan kesempatan untuk menganalisis karakteristik geokimia sampel batuan. Reimink menunjukkan sampel kerak benua pertama, dimana proses pembentukannya sangat mirip dengan yang terjadi di Islandia saat ini. Batuan kuno ini merupakan salah satu contoh batuan tertua berasal dari kerak Protocontinental, dan mungkin telah membantu pembentukan kerak benua pertama di Bumi.

Misteri Bungker Kuno di Kota Solo


GudangSeru - Misteri Bungker Kuno di Kota Solo. Sebuah ruangan bawah tanah atau bungker kuno ditemukan di kota solo. Bungker ini ditemukan di area sekitar balai kota solo. Misteri keberadaan bungker kuno di kompleks Balai Kota mulai terkuak. Sejumlah pekerja berhasil menemukan pintu masuk bungker itu. Diduga, bangunan peninggalan kolonial ini merupakan tempat perlindungan.

Para pekerja sudah bisa masuk dan membersihkan bagian dalam bungker. Bangunannya cukup luas, sepanjang 15,4 meter dengan lebar 4,6 meter. Pada bagian tengahnya terdapat tembok penyekat yang cukup tebal. Bungker yang terbuat dari tembok setebal sekitar 40 sentimeter itu memiliki dua pintu masuk. Hanya, para pekerja baru bisa membuka salah satu pintu. Sedangkan pintu lainnya masih tertimbun tanah.

Di bagian atap bungker, terdapat beberapa lubang yang diduga berfungsi menjaga sirkulasi udara. Selama tertimbun puluhan tahun, banyak kotoran dan akar pohon masuk melalui lubang tersebut.

Proses penggalian bungker itu dilakukan para pekerja dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah. Sejumlah anggota militer terlihat ikut mendampingi penggalian itu.

Kepala Seksi Heritage Pemerintah Kota Surakarta Mufti Raharjo menyebutkan bungker itu diduga merupakan bagian dari sistem pertahanan. "Sebab, kompleks itu dulunya merupakan obyek vital milik pemerintah kolonial," kata dia, Senin, 11 November 2013

Asal usul aturan waktu jam, menit dan detik


GudangSeru - Asal usul aturan waktu jam, menit dan detik. Semua tahu ya kalau 1 jam itu ada 60 menit dan 1 menit itu ada 60 detik tapi pernahkah kita bertanya-tanya mengapa dalam 1 hari ada 24 jam, dalam 1 menit ada 60 detik, dan dalam 1 detik ada 60 menit? Inilah jawabannya.

Sistem bilangan yang paling banyak digunakan manusia saat ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistem bilangan berbasis 10. Namun untuk mengukur waktu kita menggunakan sistem duodesimal (basis 12) dan sexadesimal (basis 60). Hal ini disebabkan karena metode untuk membagi hari diturunkan dari sistem bilangan yang digunakan oleh peradaban kuno Mediterania. Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.

Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat malam hari.
Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari lebih panjang dibandingkan malam). Oleh karena itu pembagian jam dalam satu hari pun berubah-ubah sesuai dengan musimnya. Sistem waktu ini disebut dengan sistem waktu musiman. Pada sekitar tahun 147-127 SM, seorang ahli astronomi Yunani bernama Hipparchus menyarankan agar banyaknya jam dalam satu hari dibuat tetap saja yaitu sebanyak 24 jam, disebut dengan sistem waktu equinoctial. Namun sistem ini baru diterima secara luas oleh saat ditemukannya jam mekanik di Eropa pada abad ke-14.

Menurut Eratosthenes
Eratosthenes (276-194 SM), seorang ahli astronomi Yunani lainnya membagi sebuah lingkaran menjadi 60 bagian untuk membuat sistem geografis latitude. Teknik ini didasarkan atas sistem berbasis 60 yang digunakan oleh orang-orang Babilonia yang berdiam di Mesopotamia, yang jika ditilik lebih jauh diturunkan dari sistem yang digunakan oleh peradaban Sumeria sekitar 2000 SM. Tidak diketahui dengan pasti mengapa menggunakan sistem bilangan berbasis 60, namun satu dugaan mengatakan untuk kemudahan perhitungan karena angka 60 adalah merupakan angka terkecil yang dapat dibagi habis oleh 10, 12, 15, 20 dan 30.

Menurut Hipparchus
Satu abad kemudian, Hipparchus memperkenalkan sistem longitude 360 derajat. Dan pada sekitar 130 M, Claudius Ptolemy membagi tiap derajat menjadi 60 bagian. Bagian pertama disebut dengan partes minutae primae yang artinya menit pertama, bagian yang kedua disebut partes minutae secundae atau menit kedua, dan seterusnya. Walaupun ada 60 bagian, yang digunakan hanyalah 2 bagian yang pertama saja dimana bagian yang pertama menjadi menit, dan bagian yang kedua menjadi detik. Sedangkan sisa 58 bagian yang lainnya membentuk satuan waktu yang lebih kecil daripada detik.